Minggu, 21 Februari 2016

Investor Saham Panik Berlebihan Tanggapi Isu Margin Bank


Investor Saham Panik Berlebihan Tanggapi Isu Margin Bank 

Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan insentif bagi perbankan yang mau melakukan efisiensi. Insentif ini diberikan pemerintah agar bank bisa menurunkan suku bunga kreditnya.

Paket insentif rencananya akan diluncurkan dalam waktu dekat, dalam bentuk Peraturan OJK (POJK) Tentang Insentif dalam Rangka Peningkatan Efisiensi.

Bagi perbankan yang mau melakukan efisiensi melalui penyesuaian marginnya, OJK telah menyiapkan berbagai insentif.

OJK berharap, margin perbankan di Indonesia bisa sejajar dengan Thailand di kisaran 3-4% dalam 1-2 tahun ke depan. Dalam arti, OJK tidak serta-merta memaksa bank untuk memangkas margin hingga 3-4%.

Rencana penyesuaian margin ini ditanggapi berlebihan oleh investor saham. Pasar merespons negatif dan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu anjlok. Saham-saham perbankan berguguran.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, angkat bicara soal ini.

Menurutnya, penurunan harga saham perbankan akhir pekan lalu (19/2/2016) hanyalah keadaan temporer yang disebabkan oleh kepanikan investor yang berlebihan, dan sebetulnya tidak perlu.

Saham-saham perbankan turun signifikan bahkan sampai sekitar 4,5% untuk beberapa bank tertentu. Total nilai perdagangan pada sektor perbankan mencapai Rp 3,18 triliun dan frekuensi 55.889 kali, yang hampir mencapai 40% dari total transaksi pada hari itu.

Dari nilai kapitalisasi pasar saham, total nilai kapitalisasi turun Rp 86 triliun. Dari nilai tersebut, nilai kapitalisasi perbankan turun 3,54% atau Rp 41,4 triliun.

Indeks bank yang selama 4 hari berturut-turut naik 1,39% harus diwarnai dengan penurunan 3,77% pada perdagangan akhir pekan saja.

"Perlu diketahui, pasar bertindak sesuai dengan informasi yang beredar dan seringkali ditanggapi seketika dan masif," ujar Tito kepada detikFinance, Minggu (21/2/2016) malam.

Fakta bahwa aktivitas transaksi diproses secara elektronik, makin mempercepat reaksi pasar. BEI percaya, peraturan yang ada di pasar modal Indonesia tidak akan berupa suatu kebijakan yang akan mengintervensi pasar, apalagi mengatur untuk membatasi tingkat keuntungan – margin – suatu industri. 

"Pada dasarnya, pasar modal beroperasi secara bebas, terbuka, dan transparan. Yang diharapkan, adalah bahwa akan ada suatu stimulus dari regulator yang akan memberikan insentif bagi mereka yang menjalankan operasi secara efisien," jelas Tito.

"Semua sepakat, suku bunga kredit harus turun bertahap seperti yang selalu diinginkan dan diingatkan pimpinan Republik ini. Tapi, BEI percaya tidak akan ada intervensi dalam bentuk peraturan yang bisa membatasi keuntungan – margin – suatu industri," imbuh Tito.

Tito mengatakan, pemerintah dan regulator sedang bekerja keras mempersiapkan suatu stimulus dan memberikan insentif bagi mereka yang mau bekerja secara efisien.

Menurut Tito, satu stimulus yang baik akan bisa membangun sesuatu fundamental tata kelola bisnis yang baik untuk jangka panjang dalam rangka meningkatkan ekonomi yang lebih baik, terutama dalam konteks keterbukaan perdagangan di ASEAN.

"Sebelum terjadinya panic selling minggu lalu, return IHSG masih yang terbaik di antara pasar modal dunia, dengan return sebesar 4% dan masih banyak saham-saham yang memberikan return lebih dari 30% pa dalam jangka waktu 10 tahun," kata Tito.

sumber : detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar