Equityworld Futures - Pada Agustus 2017 terjadi deflasi sebesar 0,07%. Penurunan harga pada bahan kelompok makanan dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi pemicu terjadinya deflasi
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto, menuturkan secara umum posisinya sama seperti periode sebelumnya. Di mana ketika Lebaran terjadi inflasi dan beberapa bulan setelahnya deflasi.
"Yang terjadi menyerupai di 2015, ada inflasi terjadi Juli turun jauh, dan sekarang alami deflasi," ungkapnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (4/9/2017).
Dari kelompok bahan makanan, terjadi deflasi 0,14%. Penyumbang deflasi terbesar adalah bawang merah dengan penurunan harga 11,79% sehingga memberikan andil 0,07%. Kemudian bawang putih yang harga menurun 13,70% dengan andil 0,05%.
"Kemudian ikan segar, beberapa sayuran ada tomat, cabai rawit 0,02%, bayam wortel, kelapa andilnya 0,01%. Ini komoditas utama yang memberikan andil deflasi," jelasnya.
Deflasi juga terjadi pada transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,67%
"Tarif angkutan udara kembali ke normal, dan alami penurunan harga 8,3%, dan andil 0,10%, satu lagi tarif angkutan kota andilnya 0,01%. Namun ada kenaikan ponsel memberi andil 0,01%," imbuhnya.
Kelompok lain yang mengalami inflasi adalah makanan jadi dan rokok sebesar 0,26%, meliputi nasi lauk pauk, rokok kretek, gas dan BBM. Selanjutnya sandang inflasi 0,32%, meliputi emas perhiasan, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga.
"Kita duga akan ada pengaruh inflasi dari pendidikan, kemungkinan September masih ada tapi tidak terlalu signifikan, orang tua harus duduk berdiskusi," tukasnya.
Equityworld Futures
Tidak ada komentar:
Posting Komentar