Kamis, 18 Februari 2016

Bahaya Baru di China: Utang Membengkak


Bahaya Baru di China: Utang Membengkak 

Jakarta -Saat sektor manufakturnya jatuh di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi, China mendorong konsumsi sebagai mesin pertumbuhan ekonominya. Namun ada bom waktu berbahaya dari semua ini, yaitu utang.

China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, mendorong perbankan untuk mengucurkan kredit. Sementara masyarakat dan pengusaha diminta untuk belanja atau melakukan konsumsi.

Strategi ini pernah dilakukan Amerika Serikat (AS) bertahun-tahun. Masyarakat dipacu membeli rumah, mobil, dan hal lain dengan cara kredit. Utang-utang masyarakat yang membengkak menimbulkan krisis keuangan hebat di 2008, yang dikenal dengan istilah Great Recession.

Para investor terkemuka dunia mengingatkan China yang dianggap bermain-main dengan api. Jumlah kredit baru di China mencetak rekor baru ada Januari 2016, menurut data resmi pemerintah pekan ini.

Kredit perbankan di China selalu melompat tinggi di awal tahun, karena pemerintah biasanya menetapkan kenaikan kuota kredit ke bank BUMN di awal tahun. Namun pada Januari 2016, kenaikan kredit perbankan lebih tinggi dari biasanya.

Kondisi ini bisa menjadi berkah bagi China, karena bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun ada juga risiko gagal bayar bila kredit terlalu tinggi.

"Bila kredit baru terus meningkat. Akan muncul kekhawatiran soal tingkat utang China," kata Analis, Brian Jackson dilansir dari CNN, Jumat (19/2/2016).

Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL), naik 50% di China, dari Desember 2014 ke Desember 2015. Ini merupakan tingkat kenaikan yang tinggi.

"Kenaikan NPL di perbankan China merupakan dampak dari kenaikan kredit yang tinggi dalam 5 tahun terakhir, dan juga ekonomi yang melambat," demikian laporan PwC tahun lalu.

Ada dua kekhawatiran dari booming kredit perbankan ini. Pertama, seberapa cepat kenaikannya, dan kedua seberapa sehat perbankan di China menangani NPL yang terjadi.

Perekonomian China yang melambat makin menimbulkan ketakutan, bahwa masyarakat tidak bisa membayar utangnya ke bank. Jangan sampai kejadian krisis keuangan 2008 di AS terulang.

Biasanya, perbankan di seluruh dunia, menyediakan dana pencadangan untuk jaga-jaga bila krisis keuangan terjadi. Namun tidak jelas apakah ini juga dilakukan perbankan China.

Meski begitu, rasio utang pemerintah China saat ini adalah 43% dari PDB. Ini masih rendah menurut standar internasional.

sumber : detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar