Senin, 21 Maret 2016

Nabung Saham: Kelebihan dan Kelemahan

Nabung Saham: Kelebihan dan Kelemahan 
Jakarta -Pada tulisan sebelumnya sudah pernah dibahas tentang apa itu Nabung Saham yang kemudian saya ganti istilahnya dengan Menyicil Beli Saham, supaya tidak terjadi salah paham dan salah mengerti.

Nah, seperti yang sudah dibahas dalam tulisan sebelumnya, Nabung Saham alias menyicil saham adalah skema cara berinvestasi di mana anda mengalokasikan sejumlah dana untuk ditransfer ke rekening efek diperusahaan sekuritas. Nah, dana dari rekening efek inilah yang kemudian dibelikan saham secara berkali sesuai periode.

Konsep ini sebenarnya sudah dikenal lama dengan nama atau istilah DCA, yaitu singkatan dari Dollar Cost Averaging. Apa yang dimaksud dengan DCA ini? Adalah suatu metodologi di mana anda akan membeli produk investasi (biasanya reksa dana) secara rutin setiap periode (biasanya bulanan). Sehingga yang didapatkan adalah ketika nilai investasi tersebut turun maka harga menjadi murah dan anda membeli lebih banyak.

Nah, karena konsep ini sudah lama ada dan lebih banyak dilakukan untuk investasi secara reguler di reksa dana, maka mari kita lihat kelebihan dan kelemahan konsep ini ketika diterapkan pada produk saham per perusahaan dibandingkan membeli dalam bentuk reksa dana.

Keunggulan dari konsep ini adalah mengajarkan kita untuk berdisiplin secara rutin melakukan investasi disesuaikan dengan kemampuan kita menyicil setiap periode investasi. Dan karena uang tersebut diinvestasikan, maka dana dapat berkembang dalam jangka panjang dibandingkan bila hanya menempatkan di produk perbankan. Akan tetapi di saat yang bersamaan investasi terutama di pasar modal juga mengandung risiko. Nah itulah beberapa keunggulan dari konsep ini, sekarang apa saja kelemahannya?

Pertama-tama bicara nominal investasi. Ketika kita Menyicil Beli Saham maka jumlah nominal dana yang harus kita siapkan tidak mungkin dalam nominal kecil.

Hal ini mengingat untuk membeli saham tidak dijual dengan jumlah lembaran tapi dijual per 1 lot. Sementara itu 1 lot sendiri adalah berjumlah 100 saham. Sehingga apabila dikalikan dengan harga lembar saham yang di atas seribu rupiah, maka dibutuhkan lebih dari Rp. 100.000 untuk membeli 1 lot saham.

Kedua, apabila diperhatikan sangat jarang saham-saham bagus (yang dikenal dengan sebutan Blue Chips) dengan harga di bawah Rp 1,000 per lembar saham. Sebagai gambaran, saham PT Telkom Tbk harga rata-rata di kisaran Rp 3.000-an per lembar atau Rp 300.000 per 1 lot. Sementara saham perbankan seperti BCA atau BRI dijual di kisaran Rp 10.000–Rp 13.000 per lembar saham yang artinya membutuhkan dana sebesar Rp 1.100.000 sampai Rp. 1.300.000 untuk membeli 1 lot saham tersebut.

Sementara Saham perusahaan Unilever dijual di kisaran Rp 40.000-an per lembar saham yang artinya anda butuh dana Rp 4 juta untuk bisa membeli 1 lot saham tersebut. Artinya untuk mendapatkan saham bagus, berarti kita harus berinvestasi dengan nominal yang lumayan, sementara apabila kemampuan cicilan kita terbatas, maka pilihan saham bagusnya menjadi semakin sedikit.

Bandingkan dengan berinvestasi pada reksa dana, di mana dengan seratus ribu rupiah saja kita sudah bisa memiliki unit dari bagian saham-saham bagus tersebut.

Ketiga, diversifikasi. Ketika kita membeli 1 unit dari sebuah reksa dana, maka secara otomatis 1 unit tersebut sudah terdiversifikasi ke sedikitnya 10 saham yang rata-rata sebagaian besar saham blue chips. Sementara ketika kita menggunakan metode cicil saham tadi, maka kita hanya fokus membeli 1 jenis saham saja, sehingga tidak terjadi diversifikasi dan hal tersebut berarti risiko investasi kita juga meningkat.

Apabila ingin melakukan diversifikasi, maka anda harus membeli saham yang berbeda setiap periodenya sampai anda mempunyai 10 jenis saham yang berbeda.

Dari contoh-contoh di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa menabung alias menyicil saham secara konsep sangat bagus, akan tetapi dalam penerapannya belum tentu sesederhana yang anda pikirkan. Sekarang pilihannya dikembalikan ke anda sendiri mau menyicil saham atau menggunakan metode DCA dengan reksa dana.

Apabila masih ragu yang mana yang harus dipilih anda bisa belajar dulu dengan mengikuti workshop keuangan atau reksa dana. Beberapa workshop yang akan diadakan di akhir bulan Maret adalah sebagai berikut, untuk Perencanaan Keuangan info bisa dilihat di sini dan untuk investasi reksa dana di sini. Yang paling penting pelajari dan ketahui risiko-risiko sebelum kita mulai berinvestasi, karena setiap investasi pasti mengandung risiko. 

Sumber: Detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar