Kamis, 19 September 2019

Orang-orang Ini Telah Bertaruh Nyawa Meneroka Belantara Ibu Kota Baru

Equityworld Futures - Kelak bila tempat ini menjadi ibu kota, jasa orang-orang renta ini perlu selalu diingat. Puluhan tahun lalu, mereka bertaruh nyawa membabat alas, meneroka belantara meski malaria maut mengancam jiwa. Bahkan mereka sempat merasa dibuang oleh negara.

Ini adalah kisah perjuangan para transmigran di Kabupaten Penajam Paser Utara pada masa lalu yang begitu berat. Kabupaten yang akan jadi Ibu kota baru itu dulunya hanyalah rawa-rawa dan hutan belantara.


Pada Selasa (10/9/2019) Tim Jelajah Ibu Kota Baru detikcom mengunjungi Desa Sidorejo, Kecamatan Penajam Paser Utara untuk mendapatkan cerita langsung dari transmigran yang ikut program transmigrasi gelombang pertama di Kaltim. Menurut keterangan Kepala Desa Sidorejo, Muhaji, Sidorejo merupakan desa transmigrasi pertama di Kaltim sejak tahun 1957, saat Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Sukarno.

Sesampainya di Sidorejo, kami menemui Slamet, transmigran asal Solo yang turut ikut program transmigrasi Presiden Soekarno itu. Kami menemuinya saat ia sedang mengurus ladangnya. Tanda-tanda usia senja begitu nampak pada wajahnya. Maklum, usia Slamet sudah 67 tahun.

Slamet bercerita, dirinya yang masih berusia enam tahun ketika diajak orang tuanya pindah ke Kalimantan Timur melalui program transmigrasi tahun 1957. Slamet berangkat dari Tanjung Priok, Jakarta menuju Pelabuhan Balikpapan, Kalimantan Timur, menggunakan kapal layar. Pasalnya, saat itu kapal mesin belum banyak digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar