Minggu, 28 Februari 2016

Mengintip 'Dapur' Pusat Penelitian Lahan Gambut Malaysia

Mengintip Dapur Pusat Penelitian Lahan Gambut Malaysia 
Kuching -Pemerintah Malaysia menaruh perhatian tinggi terhadap lahan gambut di negaranya. Lahan gambut telah dimanfaatkan sebagai tempat menanam kelapa sawit. Meski bernilai ekonomi, lahan gambut sangat rawan terhadap kebakaransaatmusimkemaraubahkanproduktivitasnya bisa rendah bila tidak dikelola dengan benar.


Alhasil, disanalah peran Pusat Balai Penelitian Gambut Tropis (Tropical Peat Research Laboratory/TPRL) Malaysia. Pusat Penelitian Gambut Tropis ini berlokasi di ibu kota Sarawak, Kuching. Sebanyak 70% populasi lahan gambut sendiri 70% berada di Sarawak. Hasil penelitian TPRL seperti pengelolaan lahan gambut agar tidak mudah terbakar hingga pemantauan emisi gas kaca dari perkebunan sawit.

detikFinance bersama tim dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan rombongan jurnalis Indonesia, diundang menengok 'dapur'ataukantorpusatTPRL di Kuching, Sarawak dalam menghasilkan produk riset perihal gambut. Di sini,rombonganditerimaolehDirectorTPRL Malaysia,DrLulieMelling.


Lulie sempat memberikan arahan dan cerita tentang aktivitas TPRL. Usai berbincang, Lulie mengajak rombongan berkeliling ruang kerja hingga menengok aktivitas TPRL yang berada di bawah Pemerintah Malaysia.

Di sini tampak, bangunan sangat kinclong karena lantai hingga dinding sangat terawat. Alunan musik menemani perjalanan berkeliling gedung yang mulai ditempati tahun 2015 ini.

Di ruangan kerjanya,Luliemenunjukkanaktivitasnya, termasuk terselip ruang tidur di belakang ruang kerjanya.


Lulie kemudian mengajak rombongan mengintip aktivitas ruangan per ruangan. Yang unik adalah tersedianya beberapa ruang santai seperti coffee room di beberapa sudut sehingga bisa membuat nyaman para peneliti dan staf saat istirahat. Ruang makan pun disediakan dengan desain minimalis. Ada juga taman terbuka dengan konsep view air mancur khas Bali.


Tak hanya itu, para peneilti atau pekerja TPRL yang memiliki bayi bisa menitipkan bayinya pada ruangan khusus yang tersedia di salah ruangan.

Lulie beralasan profesi peneliti memiliki tingkat stres tinggi sehingga dirinya membuat konsep ruang kerja yang nyaman.

"Memang gedung bagus hanya gedung yang penting adalah SDM-nya. Tapi saya akui pekerjaan seorang peneliti sungguh membuat stres sehingga saya merancang ini,"ucapLuliedikantorTPRL, Kuching, Sarawak Malaysia, Sabtu (27/2/2016).


Lulie juga mengajak rombongan untuk mengintip beberapa arena seminar yang mirip dengan gedung bioskop. Kemudian rombongan berpindah ke area laboratorium yang dipakai para peneliti dan karyawan meneliti gambut. Kondisi laboratorium sangat bersih.

Mengelilingi pusat penelitian gambut cukup melelahkan karena bangunan berdiri di atas lahan seluas 10 hektar. Alhasil, di sudut bangunan disediakan sepeda.

Meski gedung sangat besar untuk ukuran pekerja sebanyak 60 orang namun kebersihan ruangan, gedung bahkan toilet TPRL sangat terjaga. Uniknya, tak ada petugas kebersihan (cleaner). Semua dibersihkan oleh karyawan, termasuk Lulie. Lulie memiliki alasan menjaga kebersihan tinggi meski tanpa petugas office boy.

Tak hanya di dalam ruangan, para staf digilir melakukan piket untuk melakukan kebersihan di halaman TPRL.

Langkah Lulie melakukan hal ini tak lain ingin mengajak para karyawan untuk disiplin bahkan ingin menghargai profesi petugas cleaner.


"Setiap staf membersihkan ruangannya sendiri, nggak ada petugas cleaner. Di setiap sudut ruangan, kita sediakan alat pembersih. Di samping kita nggak ada anggaran besar untuk petugas cleaner, saya ingin membuat orang menghargai profesi cleaner dan kebersihan. Tanpa petugas, kita jadinya harus disiplin dalam menjaga kebersihan," tambahnya.

"Kalau ruangan kita tidak bersih, bagaimana orang Eropa akan percaya dengan hasil riset dan data yang kita kumpulkan karena ruangan saja kotor," ujarnya.

Para peneliti di TPRL sendiri bisa bekerja 24 jam bahkan tak mengenal hari libur. Hal ini dilakukan tergantung pada target pekerjaan.

"Laboratorium kita berfungsi 24 jam. Weekend tetap ada yang bekerja," tambahnya.


Di tempat yang sama, Deputy Director TPRL, Dr Joseph Jawa Kendawang menjelaskan, pihaknya kini sedang mengerjakan 24 proyek riset yang akan dan dalam proses.

Program terbesar dan terdekat TPRL ialah menyelenggarakan konferensi dunia 4 tahunan tentang lahan gambut atau Peat Congress 2016 di Kuching. Selain di Kuching, TPRL memiliki 3 pusat penelitian lapangan di beberapa titik di Sarawak. Saat ini, beberapa peneliti sedang mengambil pendidikan Doktoral di Amerika Serikat dan Jepang.

Dengan pusat penelitian dan staf profesional, TPRL mengajak Indonesia bekerjasama dalam meneliti lahan gambut untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena mayoritas lahan gambut tropis di dunia yang mencapai 49 juta hektar berada di Malaysia dan Indonesia.

"Persoalan gambut ini harus kita buktikan ke negara-negara barat bahwa kita bisa membuat dan mengelola lahan gambut dengan baik. Kita dan Indonesia harus bekerjasama, apalagi kita negara serumpun," kata pria yang merupakan keturunan Jawa ini.


Di tempat yang sama, Kompartemen Riset Lingkungan, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Dr Bandung Sahari menjelaskan, Indonesia sebetulnya memiliki pusat penelitian gambut namun ukurannya tidak besar.

"Kita punya di BPPT namun ukurannya sangat kecil. Kalau ini mereka membuat khusus balai penelitian untuk lahan gambut. Artinya mereka memandang gambut sebagai sebuah potensi besar," kata Bandung.

sumber : detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar